Nabi Ibrahim adalah putra Azar (Tarih) bin Tahur bin Saruj bin Rau' bin Falij bin Abir bin Syalih bin Arfakhsyad bin Sam bin Nun. la dilahirkan di sebuah tempat bernama Faddam A'ram dalam Kerajaan Babilonia. Pada waktu itu, kerajaan tersebut diperintah oleh seorang raja bernama Namrudz bin Kan'an.
Saat itu, Kerajaan Babilonia termasuk kerajaan yang makmur, rakyat hidup sejahtera, serba berkecukupan, serta sarana-sarana yang menjadi keperluan hidup mereka bisa dengan mudah didapatkan. Akan tetapi, kesejahteraan hidup tidak membuat mereka menjadi umat yang bersyukur kepada Tuhan. Bahkan, mereka tidak mengenal Tuhan yang telah memberikan segala kenikmatan dan kebahagiaan dunia. Mereka justru menyekutukan-Nya dengan menyembah patung-patung yang mereka pahat sendiri dan terbuat dari batu-batu atau lumpur dan tanah.
Setelah dewasa, Nabi Ibrahim diutus oleh Allah Swt. untuk berdakwah dan mengajak kaumnya agar menyembah Allah Swt. Sayangnya, sebagian besar dari kaumnya, bahkan termasuk ayahnya,
Azar, ingkar dan menolak ajakan Nabi Ibrahim. Seperti disebutkan dalam sejarah, ayahnya adalah pembuat patung yang disembah oleh penduduk Babilonia. Tidak hanya menolak, bahkan sang ayah mengancam akan merajam Ibrahim jika terus mengusik ibadah mereka.
Meskipun sebagian besar kaumnya menolak ajarannya, Nabi Ibrahim tidak kehilangan akal. Pada suatu waktu, ia pun pergi menghancurkan berhala-berhala yang menjadi sesembahan kaumnya. Nabi Ibrahim menyisakan satu patung yang paling besar, dan mengalungkan kapak yang menghancurkan patung-patung lainnya.
Mengetahui patung-patung yang menjadi sesembahan dihancurkan, penduduk Babilonia marah dan menuduh Ibrahim sebagai pelakunya. Kemudian, mereka mengadukan perbuatan Ibrahim kepada Raja Namrudz. Namun, Nabi Ibrahim membantah telah menghancurkan patung-patung tersebut, dan mengatakan bahwa yang menghancurkan patung-patung yang mereka sembah adalah patung yang besar.
Penemuan patung-patung di kota Urfa |
Semua orang tidak percaya bahwa patung yang besar itu bisa menghancurkan patung lainnya. Karena menurut mereka, tidak mungkin patung itu bisa melakukannya. Lantas, Nabi Ibrahim berkata kepada Raja Namrudz dan orang-orang di tempat itu, "Kenapa menyembah patung yang tidak bisa berbuat apa-apa?"
Nabi Ibrahim juga berdebat dengan Raja Namrudz yang menganggap diri sudah seperti Tuhan. Namun, karena kalah dalam perdebatan tersebut, Raja Namrudz semakin marah. la memerintahkan para pengawalnya untuk mengumpulkan kayu bakar dan memasukkan Ibrahim ke dalamnya. Perdebatan Nabi Ibrahim dan Raja Namrudz diabadikan dalam al-Qur'an sebagaimana berikut:
"Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). ketika Ibrahim mengatakan, 'Tuhanku ialah yang menghidupkan dan mematikan.' Orang itu berkata, 'Saya dapat menghidupkan dan mematikan.' Ibrahim berkata, 'Sesungguhnya, Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat! Lalu, terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim." (QS. al-Baqarah [2]: 258)
"Maka, tidak adalah jawaban kaum Ibrahim, selain mengatakan, 'Bunuhlah atau bakarlah dia. 'Lalu, Allah menyelamatkannya dari api. Sesungguhnya, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang beriman." (QS. al-Ankabuut [29]: 24)
Kemudian, dikumpulkanlah kayu bakar oleh para pengikut Raja Namrudz. Setelah terkumpul cukup banyak, maka dibakarlah Nabi Ibrahim di tempat tersebut. Akan tetapi, mukjizat dari Allah Swt. diturunkan untuk menyelamatkan Nabi Ibrahim dalam kobaran api.
Setelah peristiwa tersebut, Nabi Ibrahim bersama sebagian anggota keluarga dan pengikutnya yang beriman, pergi meninggalkan Kerajaan Babilonia dan mengembara hingga ke Mesir, Syam, Syria, Hebron, dan Palestina. Sepeninggal Nabi Ibrahim, Allah Swt. membinasakan Raja Namrudz dan pengikutnya yang tidak beriman kepada Allah Swt.
Sebagaimana dikutip oleh Sami Abdullah al-Maghluts dalam bukunya Atlas Sejarah Nabi dan Rasul, Dr. Jamal Abdul Hadi dalam bukunya Jazirah al-Arab, menyebutkan bahwa teks-teks Sumeria melalui gubahan seorang penyair Sumeria mengungkapkan akhir kota Urfa yang ketika itu diperintah oleh Raja Namrudz. Kehancuran kerajaan Namrudz ini terjadi pada abad ke-10 SM.
0 comments
Post a Comment
Dilarang berkomentar SARA :)