Sebelum membakar Nabi Ibrahim, Raja Namrudz memerintahkan para pengikutnya untuk mendirikan sebuah bangunan yang tinggi. Tujuannya, agar semua rakyatnya mengetahui tentang kejadian pembakaran ini. Peristiwa tersebut dikisahkan dalam ayat al-Qur'an berikut:
"Mereka berkata, 'Dirikanlah suatu bangunan untuk (membakar) Ibrahim, lalu lemparkanlah ia ke dalam apiyang menyala-nyala itu." (QS. ash-Shaaffaat [37]: 97)
Setelah semua kayu bakar terkumpul banyak dan penduduk berkumpul, para pengawal Raja Namrudz kemudian melemparkan Nabi Ibrahim ke dalam kobaran api yang panas. Semua orang yang menyaksikan mengira bahwa Ibrahim akan terbakar dan hangus di dalamnya. Namun, atas kehendak dan mukjizat dari Allah Swt., api panas yang berkobar-kobar itu tidak mampu membinasakan Ibrahim. Api tersebut menjadi dingin.
Sebagian ahli sejarah mengatakan bahwa peristiwa pembakaran Nabi Ibrahim oleh Raja Namrudz terjadi di kota Urfa atau Ur, di wilayah Mesopotamia, yang sekarang masuk wilayah Turki. Urfa atau juga disebut Sanliurfa merupakan kota kuno yang berusia ribuan tahun. Kota ini adalah bekas ibu kota imperium-imperium besar Mesopotamia (Ar-Rafidayn atau negeri di antara dua sungai Eufrat dan Tigris), seperti Akkadia, Assyria, Babilonia, dan Selucia. Banyak peninggalan bersejarah yang tak ternilai harganya yang ditemukan di kota tersebut, seperti istana, kuil, ziggurat, patung, artefak, hingga kampung halaman dan makam (tempat kelahiran) Nabi Ibrahim.
Peristiwa dibakarnya Nabi Ibrahim oleh Raja Namrudz bukanlah sebuah legenda atau cerita rakyat. Al-Qur'an juga telah mengisahkan mengenai peristiwa tersebut. Sementara itu, para ahli sejarah juga telah menemukan sejumlah bukti peninggalan Raja Namrudz, di antaranya adalah dua bekas tiang besar yang sampai sekarang berdiri kokoh di kota Urfa. Para ahli sejarah berpendapat bawa dua tiang tersebut sebagai tempat Raja Namrudz bertahta. Namun, sebagian ahli sejarah lainnya berpendapat, dua tiang besar itu yang menjadi tempat dibakarnya Ibrahim.
Dua tiang raksasa yang menjadi simbol keangkuhan Raja Namrudz |
Akan tetapi, jika melihat dari bukti-bukti yang ada, keberadaan dua tiang besar itu Iebih menunjukkan pada kemegahan istana Namrudz. Namrudz pula yang memerintahkan rakyatnya untuk membangun sebuah bangunan besar sebagai simbol kesombongan dan keangkuhannya. Dua tiang raksasa itu terkenal dengan nama Tower of Babel. Sebagaimana dikutip oleh Harun Yahya, Lambert Dolphin, dalam The Tower Of Babel dan The Confusion of Languages, telah berusaha mencari jawaban mengapa menara itu dibangun. Setelah melakukan penelitian secara detail, Dolphin berkesimpulan, menara itu dibangun sebagai bentuk kesombongan untuk mencari kepuasan dan kemegahan diri.
Kedua tiang besar yang diyakini sebagai peninggalan Namrudz itu terletak di pinggir lembah di atas benteng kota Urfa. Kota Urfa ini sekarang terletak di daerah yang sangat kering. Dan, diperkirakan,
zaman kuno dahulu lereng-lereng bukit yang tandus mengelilingi kota Urfa.
Namrudz adalah raja yang sangat berkuasa dan ditakuti oleh seluruh rakyatnya. Karena begitu besarnya kekuasaan yang dimiliki, ia pun menganggap dirinya sebagai Tuhan. Jadi, dua tiang raksasa itu sengaja dibangun sebagai simbol keperkasaan dan keangkuhan seorang Namrudz.
Selain peninggalan dua tiang raksasa di tepi bukit itu, di sekitar tempat tersebut juga terdapat taman-taman serta kolam ikan yang berwarna jernih. Warga Urfah meyakini, kolam ikan itu sebagai tempat dibakarnya Nabi Ibrahim. Mereka juga percaya bahwa api-api itu berubah menjadi air dan abu dari pembakaran tersebut adalah ikan yang ada sekarang.
Di tempat inilah, diduga Nabi Ibrahim dibakar oleh Raja Namrudz |
Penduduk Urfa sangat yakin bahwa ikan-ikan yang ada di kolam itu merupakan jelmaan dari abu yang membakar tubuh Nabi Ibrahim. Itulah sebabnya, mereka menjaga ikan-ikan yang ada di kolam dengan hati-hati. Mereka juga tidak berani mengambil ikan yang ada di tempat tersebut. Dan, mereka menganggap kolam dan ikan-ikan tersebut sebagai sesuatu yang suci.
Sementara itu, terkait dengan kolam yang ada di kota Urfa itu, Ibnu Katsir dalam Qishash al-Anbiya' juga mengatakan, sebelum membakar Nabi Ibrahim, penduduk Urfa (Babilonia yang dipimpin oleh Namrudz) mengumpulkan kayu bakar, dan hal itu berlangsung sangat lama. Mereka terlebih dahulu menggali sebuah lubang besar, kemudian menaruh kayu di dalamnya, lalu membakarnya. Lubang besar inilah yang diyakini penduduk setempat sebagai kolam ikan tersebut.
0 comments
Post a Comment
Dilarang berkomentar SARA :)