Tuesday, March 7, 2017

Peristirahatan Terakhir Nabi Ibrahim As

Setelah meninggalkan Babilonia, dan sebelum Nabi Ibrahim membawa Hajar dan Ismail ke Makkah, mereka tinggal bersama di kota Hebron. Nabi Ismail juga dilahirkan di kota ini. Hebron adalah nama lain dari Al-Khalil, yaitu nama yang disematkan kepada Nabi Ibrahim. Kota ini terletak di Tepi Barat, Palestina, dan merupakan salah satu kota terbesar di Tepi Barat, atau sekitar 30 km di selatan Yerusalem.

Selain itu, kota Hebron merupakan salah satu pusat perdagangan di Tepi Barat. Di wilayah ini, banyak diperdagangkan berbagai kebutuhan sehari-hari, seperti anggur, buah ara, kapur, tembikar, dan susu. Kota ini juga ramai dikunjungi. Sebab, di kota tersebut, terdapat makam Nabi Ibrahim dan istrinya, Siti Sarah.

Kota Hebron juga merupakan salah satu kota suci bagi Yahudi, karena beberapa nabi yang menjadi nenek moyang orang Yahudi dimakamkan di kota ini. Mereka adalah Nabi Ishaq dan istrinya, serta Ya'kub dan istrinya, Leah. Mereka dimakamkan di sebuah gua yang disebut dengan Gua Para Leluhur (Machpelah).

Di atas gua tersebut, dibangun sebuah tempat yang menyerupai masjid, dan disebut Masjid Al-Khalil (Al-Haram Al-lbrahim). Masjid ini disebut juga Masjid Ibrahim. Kata haram yang dimaksud adalah suci, seperti yang di istilahkan bagi Masjidil Haram di Makkah, yang berarti diharamkan untuk melakukan perbuatan yang melanggar kesuciannya.
Masjid Ibrahim di kota Hebron, Palestina
Masjid Ibrahim di kota Hebron, Palestina

Pada era Isa al-Masih, di pemakaman tersebut dibangun sebuah tembok yang mengelilinginya. Dan, kawasan ini pun dinamakan Kampung Rumah Ibrahim al-Khalil. Tak mengherankan jika kemudian kota Hebron disebut kota tiga nabi, yakni Nabi Ibrahim, Ishaq, dan Ya'qub.

Tidak terlalu sulit membedakan makam yang terdapat di Masjid Ibrahim. Sebab, setiap makam memiliki bentuk yang berbeda antara makam laki-laki dan perempuan. Makam laki-laki berbentuk segi delapan, sedangkan makam perempuan berbentuk persegi enam, seperti makamnya Sarah dan Leah.

Pada awalnya, Haram Ibrahimi bukanlah sebuah masjid. Pada saat terjadinya Perang Hattin, tempat tersebut diambil alih oleh Shalahuddin al-Ayyubi dan dijadikan masjid. Tempat ini pun pada akhirnya menjadi tempat peninggalan bersejarah tiga nabi, yang dipercaya oleh tiga agama (Yahudi, Kristen dan Islam). Tempat tersebut memang merupakan bagian penting dari sejarah kehidupan Nabi Ibrahim.

Nabi Ibrahim al-Khalil dilahirkan di Faddam A'ram, dan dibesarkan di kota Urfa. Namun, setelah dianiaya dan dibakar oleh kaumnya, Nabi Ibrahim hijrah ke kota Harran, sebelah utara Jazirah Arab, kemudian ke Palestina, Mesir, dan Makkah. Setelah itu, ia kembali ke Palestina, dan wafat di kota Al-Khalil atau Hebron. Dalam uraian sebelumnya, telah dijelaskan bahwa Nabi Ibrahim mendapatkan Al-Khalil yang disebut Khalilullah atau "kekasih Allah Swt." Itulah sebabnya, kota Hebron dinamakan al-Khalil. Nabi Ibrahim memang layak mendapatkan gelar Khalilullah.

Di dalam Masjid Ibrahim, terdapat beberapa buah cenotaph yang melambangkan masing-masing jasad yang dikubur, yaitu Nabi Ibrahim dan keluarganya. Makam para nabi tersebut sebenarnya terletak di bawah lantai, tepatnya di tempat imam shalat yang bisa dimasuki melalui lubang kecil.

Haram Ibrahimi terdiri atas sebuah bangunan besar berukuran 60 m dan lebar 34 m. Bangunan ini dikelilingi oleh tembok besar yang dibangun dari batu besar yang dipotong secara halus. Haram Ibrahimi memiliki dua menara yang didesain dengan gaya Dinasti Mamluk, dengan ketinggian masing-masing sekitar 15 m dari permukaan bangunan. Sementara itu, bagian lain dari masjid ini adalah halaman terbuka, kamar koridor kubah, dan gua.

Adapun ruang doa yang berada di sekitar makam memiliki ukuran panjang 28 m dan lebar 21 m. Secara umum, masjid ini memiliki tiga ruang, salah satunya pada bagian tengah dipakai untuk ruang doa. Pada awalnya, ruangan tersebut merupakan sebuah situs peninggalan kaum Frank pada masa periode Romawi pada 1909 M yang dipakai sebagai gereja. Namun, tempat itu dihancurkan, dan dibangun kembali menjadi mihrab oleh Shalahuddin al-Ayyubi pada tahun 1187 M.

Mimbar Masjid Al-Khalil (Masjid Ibrahim) berada di sebelah kanan tangga mihrab yang memiliki ciri khas desain periode Dinasti Fatimiyah. Masjid Al-Khalil (Masjid Ibrahim) dibangun atas perintahnya Badr ad-Din dari Ashqalan yang terletak 50 km dari selatan Jaffa. Mimbar ini dianggap mimbar paling tua yang digunakan umat Islam. Meskipun demikian, kondisi mimbar masih terawat hingga kini.
Mimbar di dalam Masjid Ibrahim yang masih terawat dengan baik
Mimbar di dalam Masjid Ibrahim yang masih terawat dengan baik

Untuk menjaga keutuhan Masjid Ibrahim, beberapa renovasi telah dilakukan. Pada abad pertama Masehi hingga akhir periode Utsmani, sejumlah penguasa, pangeran, dan sultan benar-benar mengawasi pembangunan dan perenovasian masjid ini. Di antaranya adalah Herodes, yang membangun Badr ad-Din Jamali dengan amir dari tentara Fatimiyah,yaitu Shalahudin al-Ayyubi.

Selanjutnya, Haram Ibrahim direnovasi kembali oleh Amir Tankaz Nasiri, wakil kesultanan di negeri ash-Sham selama periode 1312-1340. Diikuti oleh Amir Alam ad-Din as-Sanjar Jawali, pengawas dua haram (Al-Haram asy-Syarif di Yerusalem dan Herbon).

Selain Masjidil Haram di Makkah, Masjid Nabawi di Madinah, dan Masjidil Aqsha di Palestina, Haram Ibrahim merupakan situs penting keempat dalam Islam. Sementara itu, di Palestina, Haram Ibrahim merupakan tempat suci kedua setelah Masjidil Aqsha.

0 comments

Post a Comment

Dilarang berkomentar SARA :)