Sebagaimana penjelasan sebelumnya, umat Nabi Luth akhirnya dibinasakan oleh Allah Swt. dengan gempa bumi yang sangat dahsyat. Peristiwa tersebut dikisahkan dalam firman-Nya berikut:
"Maka, tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi." (QS. Huud[11]:82)
Demikianlah kaum yang durhaka itu dimusnahkan. Sedangkan, Nabi Luth bersama para pengikut dan keluarganya, kecuali istrinya,
diselamatkan dari azab yang dahsyat. Dalam Perjanjian Lama disebutkan bahwa Nabi Luth berimigrasi bersama Nabi Ibrahim.
Lantas, di manakah sebenarnya kota Sodom yang dihancurkan itu?
Hingga ribuan tahun, tidak ada yang berhasil menemukan petunjuk mengenai kota seperti yang digambarkan di dalam al-Qur'an, karena memang tak pernah ada orang yang sungguh-sungguh mencarinya. Hingga pada tahun 1924, seorang ahli purbakala bernama William Albright, berangkat menuju Laut Mati untuk melakukan penelitian. Beberapa orang yang bersamanya jelas mencari keberadaan sisa-sisa Sodom dan Gomorrah (tempat tinggal kaum Nabi Luth). Mereka mengitari pantai tenggara dari Laut Mati hingga mereka akhirnya tiba di situs purbakala Bab-edh-dhra.
Bab-edh-dhra (dibaca: Babhedra), merupakan situs zaman perunggu, namun tak ada petunjuk jika situs itu merupakan bekas sebuah kota. Tampaknya, daerah itu merupakan daerah pemakaman. Namun, Albright tak memiliki sumber daya untuk melakukan penggalian di tempat tersebut.
Penggalian di situs pemakaman tersebut baru dilakukan hampir 50 tahun kemudian, yang dipimpin oleh ahli purbakala, Paul Lapp, pada tahun 1967. Setelah tim peneliti ini melakukan penggalian, banyak sekali bekas reruntuhan dan berbagai artefak yang berhasil mereka temukan.
Dalam penggalian itu, berhasil diidentifikasi bahwa Bab-edh-dhra merupakan makam terbesar khas zaman perunggu, panjangnya 15 m dan lebarnya 7 m. Di tempat tersebut, mereka menemukan makam berisi perhiasan emas dan menggali lebih 700 tembikar yang merupakan hadiah penguburan, termasuk tempat parfum kecil dan banyak benda lain seperti kain. Situs ini sungguh menakjubkan. Makam tersebut telah digunakan selama 1000 tahun lamanya, sejak zaman Ibrahim hingga penghancuran Sodom. Akan tetapi, tidak ada satu pun petunjuk keterkaitan antara pemakaman kuno itu dengan kota Sodom yang menjadi tempat tinggal umat Nabi Luth.
Namun, ada yang misterius di situs pemakaman tersebut. Sekitar tahun 2350 SM, penguburan itu mendadak berhenti dan tidak diketahui penyebabnya. Banyak hal yang tidak bisa disimpulkan mengapa suatu situs tak ditempati lagi. Penyebab pada umumnya mungkin persediaan air mengering, lingkungan berubah, iklim berubah, atau orang-orangnya dibasmi total.
Selama beberapa tahun, para ahli purbakala memperluas pencarian untuk mencari tanda-tanda keberadaan kota yang hilang itu. Mereka akhirnya berhasil menemukan petunjuk, ada jejak kehidupan manusia di sisi bukit yang menghadap ke arah pemakaman. Banyak batu tersusun membentuk tembok yang mereka temukan, pecahan-pecahan tembikar, dan sisa-sisa tanah liat yang sangat banyak. Itulah awal langkah mereka untuk mencari jejak Sodom dan Gomorrah sebagaimana yang dikisahkan di dalam kitab suci.
Penelitian terkait dengan kota yang hilang itu terus dilakukan. Berbekal keterangan yang terdapat di dalam al-Qur'an, para peneliti mulai menemukan titik terang. Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Huud [11]: 82, kota Sodom dijungkirbalikkan (dilanda gempa bumi yang dahsyat) dan dihujani dengan batu belerang yang panas. Kejadian yang menimpa kaum Luth yang disebutkan dalam al-Qur'an itu, diperkirakan terjadi antara rentang waktu 2.500-1.800 SM.
Fakta bahwa kaum Nabi Luth diazab dengan gempa bumi dan letusan gunung api telah dibuktikan. Terkait ini, seorang ahli arkeologi Jerman bernama Werner Keller mengatakan bahwa bersama dengan dasar dari retakan yang sangat lebar di Laut Mati, yang persis melewati daerah Lembah Siddim, termasuk Sodom dan Gomorrah, dalam satu hari terjerumus ke kedalaman. Kehancuran
mereka terjadi melalui sebuah peristiwa gempa bumi dahsyat, yang kemungkinan juga disertai letusan, petir, keluarnya gas alam, serta lautan api.
Fakta tersebut memang sangat cocok dengan Danau Luth atau yang lebih dikenal dengan Laut Mati. Sebab, Laut Mati terletak tepat di puncak suatu kawasan seismik aktif, yaitu daerah gempa bumi. Dasar dari Laut Mati berdekatan dengan reruntuhan yang berasal dari peristiwa tektonik. Lembah ini terletak pada sebuah tegangan yang merentang antara Danau Taberiya di Utara dan tengah-tengah Danau Arabah di Selatan.
Menurut Werner Keller, pergeseran patahan membangkitkan tenaga vulkanik yang telah tertidur lama sepanjang patahan. Di lembah yang tinggi di Yordania dekat Bashan, masih terdapat kawah yang menjulang dari gunung api yang sudah mati; bentangan lava yang luas dan lapisan basal yang dalam yang telah terdeposit pada permukaan batu kapur.
Pernyataan senada juga pernah disampaikan oleh National Geographic edisi Desember 1957. National Geographic menyatakan bahwa Gunung Sodom adalah tanah gersang dan tandus yang muncul secara tajam di atas Laut Mati. Belum pernah seorang pun menemukan kota Sodom dan Gomorrah yang dihancurkan. Namun, para akademisi percaya bahwa mereka berada di lembah Siddim yang melintang dari tebing terjal ini. Kemungkinan, air bah dari Laut Mati menelan mereka setelah gempa bumi.
Bukti bahwa kawasan Laut Mati pernah dilanda letusan gunung api dan gempa bumi terlihat dari bekas lava dan lapisan basal yang ada di daerah tersebut. Jadi, ayat al-Qur'an yang telah dijelaskan sebelumnya sangat cocok dan menunjukkan bahwa kaum Sodom dibinasakan dengan gempa bumi yang mengakibatkan letusan gunung api di atas permukaan bumi dengan akibat yang dahsyat, serta retakan dan reruntuhan yang ditimbulkannya.
Secara geologis, juga bisa dibuktikan bahwa Laut Mati memang merupakan bekas tinggal kaum Nabi Luth yang dijungkirbalikkan dengan gempa bumi yang sangat dahsyat. Laut Mati diperkirakan berada 400 m di bawah permukaan Laut Tengah. Karena lokasi terdalam dari danau tersebut adalah 400 m, maka dasarnya berada di kedalaman 800 m di bawah Laut Tengah. Inilah titik yang terendah di seluruh permukaan bumi. Di daerah lain yang lebih rendah dari permukaan laut, paling dalam adalah 100 m.
Hal menarik lain dari Laut Mati adalah kandungan garamnya yang sangat tinggi, kepekatannya hampir mencapai 30%. Itulah sebabnya, hampir tidak ada organisme yang dapat hidup di dalam laut tersebut. Sehingga, laut ini pun lebih sering disebut sebagai "Laut Mati".
Berbagai analisis menyebutkan bahwa Laut Mati merupakan bekas umat Nabi Luth memang cukup meyakinkan. Jika dilihat dari karakteristiknya, maka bukti menunjukkan bahwa peristiwa bencana yang diceritakan dalam al-Qur'an memang terjadi di Laut mati.
Apabila dilihat dari geologisnya, pada pantai timur Laut Mati, Semenanjung Al-Lisan menjulur seperti lidah jauh ke dalam air. Dari daratan, tidak tampak bahwa tanah berguguran di bawah
permukaan air pada sudut yang sangat luar biasa, memisahkan laut menjadi dua bagian. Di sebelah kanan semenanjung, lereng menghunjam tajam ke kedalaman 1200 kaki. Sedangkan, di sebelah kiri semenanjung, secara luar biasa kedalaman air tetap dangkal. Penelitian yang dilakukan oleh ahli purbakala selama beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa kedalamannya hanya berkisar antara 50-60 kaki. Bagian dangkal mulai dari semenanjung Al-Lisan sampai ke ujung paling selatan inilah awalnya yang merupakan Lembah Siddim.
Menurut perkiraan Werner Keller, bagian dangkal tersebut, yang ditemukan terbentuk belakangan, merupakan hasil dari gempa bumi dahsyat. Di lokasi inilah, kaum Nabi Luth bertempat tinggal, yaitu di kota Sodom dan Gomorrah.
Berdasarkan foto citra satelit yang pernah dilakukan, diketahui bahwa kawasan Laut Mati merupakan daerah yang dapat dilintasi dengan berjalan kaki. Namun sekarang, Lembah Siddim, tempat Sodom dan Gomorrah dahulunya berada, ditutupi oleh permukaan datar bagian Laut Mati yang rendah. Keruntuhan dasar danau akibat bencana alam dahsyat yang terjadi pada awal milenium ketiga sebelum Masehi mengakibatkan air garam dari utara mengalir ke rongga yang baru terbentuk ini dan memenuhi lembah sungai dengan air asin.
Saat ini, pemandangan yang indah dapat disaksikan di Laut Mati. Jika seseorang naik perahu melintasi Danau Luth ke titik paling utara dan matahari sedang bersinar pada arah yang tepat, maka ia akan melihat sesuatu yang sangat menakjubkan. Di bawah permukaan air, tampak pemandangan yang sangat menakjubkan, yaitu gambaran bentuk hutan yang diawetkan oleh kandungan garam Laut Mati yang sangat tinggi. Batang dan akar di bawah air yang berwarna hijau berkilauan terlihat sebagai peninggalan masa lalu. Di Lembah Siddim inilah, tampak cukup jelas pepohonan yang dahulu kala bermekaran daunnya menutupi batang dan ranting dan merupakan salah satu tempat terindah di daerah ini.
Dari hasil penelitian para ahli geologi diketahui bahwa struktur Sungai Sheri'at dan Danau Luth hanya merupakan sebagian kecil dari rekahan atau patahan yang melintas dari kawasan bumi tersebut. Belakangan juga berhasil diketemukan kondisi dan panjang rekahan ini.
Rekahan tersebut berawal dari tepian Gunung Taurus, memanjang ke pantai selatan Danau Luth, berlanjut melewati Gurun Arabia ke Teluk Aqaba, dan terus melintasi Laut Merah, dan berakhir di Afrika. Di sepanjang rekahan itu, dapat dilihat kegiatan-kegiatan vulkanis yang kuat. Batuan basal hitam dan lava terdapat di Gunung Galilea di Palestina, daerah dataran tinggi Yordania, Teluk Aqaba, dan daerah sekitarnya. Inilah lava yang menghujani kaum Nabi Luth, sebagaimana yang disebutkan dalam al-Qur'an.
Penemuan kota Sodom dan Gomorrah juga tidak lepas dari peran citra satelit. Melalui citra satelit inilah, berhasil diketahui letak kaum Nabi Luth.
Dari penelitian yang terus dilakukan oleh para ahli purbakala, juga telah ditemukan beberapa reruntuhan dari kota yang terkubur di dalam danau. Reruntuhan tersebut berhasil ditemukan di tepian danau. Peninggalan ini menunjukkan bahwa kaum Luth telah memiliki standar hidup yang cukup tinggi, dan mereka merupakan kaum yang memiliki peradaban yang cukup maju.
Sebagian ahli masih meragukan bahwa Laut Mati merupakan bekas tempat tinggal kaum Nabi Luth yang telah dibinasakan oleh gempa dahsyat dan letusan gunung berapi itu. Meskipun demikian, dari beberapa bukti yang berhasil ditemukan oleh para ahli purbakala dan analisis retakan atau patahan yang terdapat di Laut Mati, maka kemungkinan besar, di Laut Mati inilah kaum Nabi Luth pernah bermukim dan dihancurkan oleh Allah Swt.
0 comments
Post a Comment
Dilarang berkomentar SARA :)